Kondisi Sosial Budaya Saat Demokrasi Terpimpin
Larangan pedagang asing di luar ibukota daerah
Dalam bidang sosial,
pada masa Demokrasi Terpimpin pernah terjadi konflik antar pedagang
asing, terutama Cina. Pada 1 Januari 1960, para pedagang asing dilarang
berdagang di pedesaan. Akibatnya, banyak di antara mereka yang
dipindahkan ke kota. Atas kebijakan tersebut pemerintah di Beijing
memberikan reaksi keras terhadap usaha tentara Indonesia melarang warga
negara asing (etnis Cina) bergerak dalam bidang usaha eceran diluar
kota-kota besar.
2. Kerusuhan di Jakarta
Pada masa Konfrontasi
Indonesia-Malaysia, keadaan sosial Indonesia mulai kacau. Kedutaan besar
Inggris dan 21 rumah stafnya dibakar habis di Jakarta. Sebagai balasan,
kedutaan besar Indonesia di Malaysia juga mengalami kerusakan. Hal ini
berujung pada pemutusan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan
Singapura.

3. Konflik Lekra dengan Manikebu
Dalam bidang
kebudayaan, juga terdapat konflik Lekra dan Manikebu. Lekra (Lembaga
Kebudayaan Rakyat) kelompok pendukung ajaran Nasakom sementara Manikebu
(Manifesto Kebudayaan) adalah sekelompok cendekiawan yang anti dengan
ajaran tersebut. Kelompok Manikebu mendukung Pancasila, namun tidak
mendukung ajaran Nasakom. Manikebu tidak ingin kebudayaan nasional
didominasi ideologi tertentu. Manikebu kemudian dilarang oleh pemerintah
RI karena dianggap menunjukkan sikap ragu-ragu terhadap revolusi.
Tokoh-tokoh dalam Manikebu antara lain H.B. Jassin dan Taufiq Ismail.
4. Pelarangan musik dan tarian ala Barat
Squad, sekarang kamu tentu bisa dengar berbagai musik dan menarikan berbagai tarian dengan bebas, ‘kan?
Berbeda dengan masa Demokrasi Terpimpin, segala aspek kehidupan
masyarakat berada di bawah dominasi politik. Bahkan, kelompok seniman
Koes Bersaudara (Koes Plus) juga pernah ditahan oleh pihak Kejaksaan
karena dianggap memainkan musik yang kebarat-baratan. Melalui
pidato-pidatonya, Presiden Soekarno mengecam kebudayaan Barat berupa
musik “rock and roll”, dansa ala “cha-cha”, musik pop.
Hidup di masa sekarang
tentunya berbeda dengan kehidupan Indonesia di masa demokrasi
terpimpin, ya. Jika di masa sekarang kita bisa hidup bebas, di masa itu
pemerintah hampir “memasuki” semua aspek kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar